Translate

Kamis, 21 Oktober 2010

perikemanusiaan

Masalah pelayanan kesehatan yang manusiawi memang masih jauh untuk bisa dilaksanakan. Banyak hal yang perlu dibenahi oleh para ahlinya pikir Indonesia saat ini. Kita memang tak etis kalau hanya bisanya omong,kritik,hujat demo,omong kritik hujat demo omong kritik hujat demo terus sampai tua tanpa ada tindakan apapun. Sebab mungkin diantara anggota Dewan kita yang terhormat ada yang kupingnya budeg. Merubah sifat orang menjadi manusiawi melalui pelayanan kesehatan memang tak semudah membalikkan telapak tangan. Seperti yang telah dibahas beberapa waktu lalu di Blog ini tentang pelayanan di unit gawat darurat rumah sakit negri kita yang tercinta ini, sungguh tak manusiawi sekali bagi orang tak berpunya yang tertimpa musibah kecelakaan dan masuk unit gawat darurat dengan tanpa asuransi dan tanpa uang. Mungkin orang akan berpikir berapa uang yang harus dikeluarkan untuk biaya pertolongan pertama pada kecelakaan di unit gawat darurat untuk menyelamatkan nyawa si korban kecelakaan.  Kalau kita tinjau sebenarnya, musibah terjadi pada diri seseorang tidaklah setiap hari tapi mungkin hanya seumur hidup sekali, dan yang seumur hidup sekali itu mungkin akan berujung berkurangnya simpanan harta benda atau bahkan ludes sama sekali harta benda yang dimiliki si korban hanya untuk biaya menahan nyawanya jangan sampai putus. Sebenarnya jika kita teliti (tentunya dengan sisi kacamata saya yang IQnya standart tidak seperti anggota Dewan kita yang terhormat yang IQnya bisa menghitung 10 pangkat 10 dalam waktu 30 detik) Pemerintah memiliki dana untuk itu, dan ternyata dana itu lolos dari pengamatan kita dan terbuang walau tak percuma. Bayangkan setiap bulannya kita selalu membiarkan peluang itu berlalu begitu saja di depan hidung kita melalui perputaran uang di dunia pendidikan. Jika kita mau membicarakan soal asuransi kecelakaan maka yang terbayang adalah premi yang tak suseuai dengan kemampuan gaji golongan menengah apalagi kalau belum bekerja. Para ahli mungkin bisa menghitung, dari 200 juta lebih penduduk Indonesia berapa yang mengenyam pendidikan setingkat sd,smp, sma dan perguruan tinggi. Semuanya butuh waktu rata rata 15 tahun untuk sekolah ditambah waktu kuliah untuk memperoleh gelar kesarjanaan. Untuk setiap bulannya sekolah  tingkat SD dan SMP sekarang sudah ada yang gratis, SD selama 6 tahun dan SMP selama 3 tahun. Dari sisi ini sebenarnya sudah bisa diperoleh dana untuk asuransi kecelakaan atau lainnya, guna persiapan jika terjadi suatu musibah.  Setiap bulan selama 6 tahun, uang sekolah jatah setiap siswa dipotong 3000 rupiah atau ditambah oleh pemerintah (bagi yang sekolah gratis) 3000 rupiah untuk premi asuransi kecelakaan dan lainnya. Dan untuk tingkat lanjut, selama tiga tahun kedepan sekolh SMP juga menerapkan system asuransi yang sama (penambahan dana 3000 rupiah setiap bulan) dan kemudian tahun berikutnya untuk tingkat SMA dan perguruan tinggi. Sehingga pelajar dan Mahasiswa dapat menggunakan kartu pelajar atau kartu mahasiswa yang berfungsi ganda sekaligus sebagai kartu asuransi kecelakaan jika terjadi musibah. Mungkin sekali akan bisa dikembangkan untuk biaya rawat inap. Tentu perusahaan asuransi Yang ditunjuk oleh Pemerintah haruslah perusahaan yang mumpuni milik pemerintah yang telah lama berpengalaman, bukan perusahaan asing atau perusahaan asuransi abal abal yang pernah bangkrut kembang kempis. Berapa dana yang terkumpul jika seorang siswa setiap bulannya membayar premi asuransi selama 6 tahun atau lebih dengan harga premi yang setara dengan harga semangkuk mie ayam lalu jumlahnya dikalikan dengan semua jumlah pelajar tingkat SD di seluruh Indonesia? berapa untuk tingkat SMP? dan Berapa untuk tingka SMA dan perguruan tinggi? suatu jumlah yang fantastis!.. Suatu jumlah yang dapat menolong orang yang tertimpa musibah jika terjadi kecelakaan yang membutuhkan pertolongan mendadak, karena walaupun sudah tidak memegang kartu pelajar atau kartu Mahasiswa maka kartu tanda penduduk dapat berfungsi sebagai kartu asuransi karena si korban telah membayar premi asuransi sejak mengenyam penidikan di SD SMP SMU dan mungkin perguruan tinggi. Dan perlu dicatat! kecelakaan tidak terjadi pada setiap hari dan setiap orang  seumur hidupnya. Artinya : Pemerintah tak mungkin rugi apalagi bangkrut untuk menciptakan sistem asuransi seperti ini. karena mustahil semua ratusan juta warga negara Indonesia terkena musibah kecelakan dalam waktu yang sama dan bersamaan. Untuk menciptakan sistem asuransi seperti ini perlu adanya kerja sama antara Kementrian kesehatan dan kementrian pendidikan dan kebudayaan. Kita berharap, melalui ladang uang ini, sistem telah menciptakan kita menjadi manusia Indonesia yang beradab dan berperikemanusiaan dalam hal pelayanan kesehatan yang manusiawi. Sehingga semoga dengan Ridho Allah,.. kita dan Pemerintah dapat membicarakan sistem ini dan kemudian mewujudkan dan melaksanakan. Kebocoran dana? kkn? pasti terjadi, halangan dan gangguan pasti ada, tapi setidaknya kita telah berusaha menciptakan suatu sistem yang dapat menjamin keselamatan dan kebaikan untuk orang banyak dengan lebih berperikemanusiaan.
 
Dimas Handono Djati

Tidak ada komentar:

Posting Komentar